DEPAN

DEPAN
Photobucket

Kiat Sukses Berinteraksi dengan Al-Quran

Selasa, 28 Desember 2010
0 komentar
Untuk mengembalikan kita pada pola interaksi yang benar terhadap al-Quran, sehingga al-Quran kembali menjadi sumber kekuatan kita untuk membangun peradaban (iman dan islam), kiat-kiat berikut ini sangat perlu diwujudkan.

Pertama: Tilawah wa Tartil (selalu membaca dengan benar)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara lebih serius antara lain

•    Dengan membaca al-Quran secara berkesinambungan akan menambah iman kepada Allah SWT

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman [sempurna ] ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal (8) : 2).

•    Mendatangkan petunjuk, menjadi obat berbagai penyakit di dalam dada, serta rahmat dan nasihat

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus (10) : 57).

•    Suka membaca indikator mutu keimanan seseorang

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[tidak merubah dan mentakwilkan sesuka hatinya], mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al Baqarah (2) : 121).


•    Membaca secara tekun menambah kebaikan yang banyak, baik dalam keadaan miskin ataupun kaya

"Dan Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya." (QS. Al Anam (6) : 92)

•    Membaca secara tartil akan mendatangkan perkataan yang berbobot, melepaskan manusia dari belenggu kesesatan, mencerahkan pikiran dan hati yang kalut serta merasakan kegembiraan dalam mengelola pasang surut (fluktuasi) kehidupan.

"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat." (QS. Al Muzzammil (73) : 5).

•    Membaca secara berkelompok akan mendatangkan ketenangan dan rahmat serta syafaat pada hari kiamat (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua: Tadabbur (merenungkan isinya)

•    Mentadabburi Al-Quran bisa membuka hati untuk menerima petunjuk Allah SWT  dan memperoleh pelajaran yang sangat berharga

"Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (QS.Shad (38) : 29).

•    Yang membaca Al-Quran tanpa dibarengi dengan tadabbur (merenungkan kandungannya) akan mendatangkan bencana

Ketiga: Hifz (menghafalkan)

•    Al-Quran mudah dihafalkan sekalipun yang melakukannya bukan orang Arab (‘ajam), karena kata-katanya, huruf-hurufnya, susunan kalimatnya, uslub (gaya bahasanya) sesuai dengan fithrah manusia.
"Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?." (QS. Al Qamar (54) : 17, 22, 23, 40).

•  Biasanya, sulit menghafalkan Al-Quran karena banyak melakukan dosa
                 
Imam Syafii mengadu kepada guruku Waki’, atas kejelekan hafalan al-Qurannya. "Maka ia membimbingku agar meninggalkan masiat. Karena ilmu itu cahaya, cahaya Allah tiada akan diberikan kepada yang berdosa, " ujar Imam Syafii.

•    Penghafal Al-Quran terhindar dari kepikunan, setelah meninggal jasadnya diharamkan oleh Allah SWT untuk dilukai bumi
•    Hafalan Al-Quran akan mengembangkan saraf otak (penelitian di Universitas Munich, Jerman).

Keempat: Ta’lim (mengajarkannya kepada orang lain)

•    Generasi yang dekat dengan Allah SWT adalah yang tidak berhenti belajar dan mengajarkan Al-Quran (QS. Ali Imran 3) : 79 )

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."

Kelima: Istima’ (selalu mendengarkannya secara berkesinambungan)

•    Yang senang mendengarkan Al-Quran adalah manusia pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al-Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" katakanlah: "sesungguhnya aku Hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al-Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Al Araf (7) : 203).

Allah SWT memberi satu mulut dan dua telinga adalah untuk mendidik manusia supaya sedikit bicara (hemat kata) dan banyak mendengar (perkataan ahli hikmah).  Kualitas kepemimpinan seseorang diukur tidak dari banyaknya meriwayatkan (katsratur riwayah), tetapi banyak melayani yang dipimpin dan mendengarkan aspirasinya (katsratur ri’ayah wal istima’).
Orang yang tidak senang mendengarkan Al-Quran cenderung menutup diri, sehingga dijauhkan dari petunjuk, sebagaimana umat Nabi Nuh as. Mudah-mudahan,kita bukan dari bagian itu.
Penulis adalah kolumnis www.hidayatullah, tinggal di Kudus, Jawa Tengah  
Baca selengkapnya »

10 Langkah Meraih Cinta Allah

Rabu, 22 Desember 2010
2 komentar
     Tujuan hidup seorang Muslim adalah memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memasuki surga-Nya. Tujuan ini akan tercapai hanya jika ia menjalani hidup secara mulia, baik sebagai hamba Sang Khalik maupun sebagai makhluk sosial, dan wafat dalam keadaan husnul khatimah.
Adapun tujuan hidup orang kafir hanya untuk memenuhi syahwatul bathn (syahwat perut) dan syahwatul farj (syahwat seks). Maka, aktivitas hidupnya pun hanya untuk memburu sesuatu yang menyenangkan sesaat, tapi kemudian membuat dirinya sendiri kecewa.
     Allah Ta’ala berfirman, ”Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapati sesuatu apa pun, dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (An-Nur [24] : 39)
Jika sudah demikian, mereka lebih rendah dari binatang. Sebab, sebagai makhluk yang memiliki kebihan akal dan kemampuan spiritual, seharusnya mereka tidak berbuat seperti itu. Panca indera mereka sudah tak lagi berinteraksi dengan ayat-ayat-Nya.
     Allah Ta’ala berfiman, ”Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf [7] : 179)
Kiat Meraih Cinta-Nya
     Seorang Muslim tidak boleh terjebak pada tujuan memburu kenikmatan sesaat sebagaimana yang diderita oleh kaum yang tidak beragama.
Apa pun keadaannya seorang Muslim harus menggunakan karunia-Nya secara maksimal untuk mencapai kenikmatan yang bersifat permanen (akhirat).
Bagaimana mewujudkannya? Bagaimana meraih cinta-Nya? Berikut langkah-langkahnya.
     1. Selalu mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melakukan ibadah mahdhah secara istiqamah.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah [2] : 185)
     Dalam Hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman, ”Aku dalam sangkaan hamba-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kemudian apabila ia ingat Aku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia ingat kepada-Ku dalam satu kaum, maka Aku akan mengingatnya dalam kaum yang lebih banyak dari pada kaum itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, aku akan datang kepadanya dengan lari-lari kecil.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
     2. Kecintaan Allah Ta’ala bisa diperoleh dengan menjalankan ibadah nawafil (tambahan/sunnah).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, ”Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal lebih Aku sukai daripada jika ia mengerjakan amal yang Kuwajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, sebagai tangan yang ia memukul dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku pasti Ku-beri dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku pasti Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari)
     3. Kecintaan Allah Ta’ala juga bisa diperoleh dengan mencintai para kekasih-Nya. Merekalah orang-orang yang senantiasa ditolong, dilindungi, dan dibela oleh-Nya.
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu (Ra), Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman, ”Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Ku-izinkan ia diperangi.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
     4. Mengikuti ajaran Rasulullah SAW (ittiba’) sebagai bukti kecintaan kepada beliau.
Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran [3] : 31)
     5. Berperang di jalan Allah Ta’ala dengan shaf yang rapi.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff [61] : 4)
     6. Sabar ketika diuji dengan penderitaan dan syukur ketika diuji dengan kelapangan.
Allah Ta’ala berfirman, ”Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran [3]: 146)
     7. Selalu berbuat baik dan suka menolong sesama.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (al-Maidah[5]: 93)
Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah RA, juga bersabda, “Barangsiapa melepaskan seorang Mukmin dari penderitaan-penderitaan dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya penderitaan-penderitaan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup aib seorang Muslim maka Allah akan menutup aibnya di akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (Riwayat Muslim)
     8. Bertakwa dan berbuat adil.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah [9]: 7).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah 60)
     9. Ikhlas dalam beramal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang meninggalkan dunia dalam keadaan ikhlas hanya kepada Allah Ta’ala, tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, (lalu) ia wafat, maka Allah ridha kepadanya.” (Riwayat Ibnu Majah)
     10. Bertobat dengan tulus.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah [2] : 222)
Baca selengkapnya »

Mari Singkirkan Sampah Kehidupan

Minggu, 05 Desember 2010
0 komentar
Agama Islam sangat menekankan kebersihan, baik kebersihan fisik maupun batin. Cinta Allah, antara lain, dialamatkan kepada orang yang bersih dan menyucikan diri. (QS Al-Baqarah [2]: 222).  Setiap Muslim tentu sudah sangat maklum, hadis Nabi yang menyatakan, "Al-Thuhur-u syathr-u al-Iman." (Kebersihan adalah separuh dari iman). (HR Muslim dari Abi Malik al-Anshari).

Untuk bisa hidup bersih dan sehat, kita harus membuang dan membersihkan apa yang dinamakan 'sampah kehidupan' (life garbage). Sampah kehidupan itu banyak sekali, baik dalam diri maupun lingkungan kita. Namun, ada empat yang terpenting.

Pertama, sampah berupa kolesterol atau lemak-lemak tak berguna dalam tubuh kita. Sampah ini timbul karena pola makan yang kurang baik, dan bisa berkembang menjadi toksin (racun) yang dapat mengganggu kesehatan kita. Sampah ini bisa dibersihkan, antara lain, melalui puasa sunah, puasa Senin-Kamis, atau puasa hari-hari terang (Ayyam al-Baydh).

Kedua, sampah pikiran, yaitu pikiran negatif (negative thinking) yang dapat mengganggu kesehatan dan kemajuan kita. Pikiran kumuh, pesimistis, dan pandangan atau kepercayaan yang cenderung melemahkan diri sendiri (limiting believe) tergolong sampah pikiran.

Sampah yang satu ini sangat berbahaya, karena tak ada sesuatu yang paling membelenggu manusia selain pikirannya sendiri. Sampah ini harus dibersihkan, antara lain, dengan cara membangun pikiran baru (mindset) yang positif dan optimistis (husn al-zhann), serta fokus pada kemajuan, bukan pada kemunduran.

Ketiga, sampah relasi sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berkomunikasi dengan orang lain. Namun, dalam berkomunikasi, manusia memerlukan keterampilan  tersendiri agar terhindar dari akibat buruk. Ingat, dalam komunikasi itu timbul saling memengaruhi. Emosi negatif bisa memancarkan emosi dan energi negatif pula melalui apa yang disebut 'vibrasi emosi'.

Itu sebabnya, Islam menyuruh agar kita bergaul dan berteman dengan orang-orang baik (shuhbat al-shalihin). Bahkan, sufi terkemuka, Ibnu Athaillah al-Sakandari, dalam bukunya yang sangat kesohor, al-Hikam, melarang kita berteman dengan orang-orang yang tidak inspiratif. Katanya, "La tashhah man la yunhidhuka qauluh-u wa fi`luh-u."

Kempat, sampah berupa dosa-dosa kita. Dosa dan maksiat adalah sampah yang mengotori jiwa dan hati kita. Para sufi sudah sejak lama memandang dosa ibarat polusi atau awan tebal yang menutupi hati-nurani kita. Sampah ini harus dibersihkan dengan tobat, yaitu meninggalkan dosa-dosa, baik besar maupun kecil, dan kembali ke jalan Tuhan. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah [2]: 222). Wallahu a`lam.
Baca selengkapnya »
 

Template Information

Contact Us

Kotak Pesan

Random Post

husnah

statistics

visitor

Followers

Copyright © Hidayatullah Medan All Rights Reserved • Design by Dzignine
best suvaudi suvinfiniti suv