Sepuluh keutamaan orang-orang yang berpuasa yang ada pada umat ini.
Pertama, Allah  memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa dengan menyediakan  satu pintu khusus di surga yang dinamai Al Rayyan. Pintu surga Al Rayyan  ini hanya disediakan bagi umat yang berpuasa. Kata Nabi dalam satu  haditsnya, “Pintu Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang  berpuasa, bukan untuk lainnya. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh  seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh  masuk ke dalamnya.” (HR. Ahmad dan Bukhari-Muslim)
Kedua, Allah  telah mengfungsikan puasa umat Nabi Muhammad saw sebagai benteng yang  kokoh dari siksa api neraka, sekaligus tirai penghalang dari godaan hawa  nafsu. Dalam hal ini Rasul bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi).
Rasul  menambahkan pula bahwa puasa yang berfungsi sebagai perisai itu  layaknya perisai dalam kancah peperangan selama tidak dinodai oleh  kedustaan dan pergunjingan. (HR. Ahmad, An Nasa`i, dan Ibnu Majah).
Ketiga, Allah memberikan keistimewaan kepada ahli puasa dengan menjadikan bau mulutnya ada nilainya. Sehingga Rasul bertutur demikian, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih semerbak di sisi Allah dari bau minyak misik.”
Keempat, Allah  memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa, yaitu bahagia saat berbuka  dan pada saat bertemu dengan Allah kelak. Orang yang berpuasa dalam  santapan bukanya meluapkan rasa syukurnya di mana bersyukur termasuk  salah satu ibadah dan dzikir.
Syukur yang terungkap dalam  kebahagiaan karena telah diberi kemampuan oleh Allah untuk  menyempurnakan puasa di hari tersebut sekaligus berbahagia atas janji  pahala yang besar dari-Nya. “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan. Yaitu berbahagia kala berbuka dan kala bertemu Allah.” (kata Rasul dalam hadits riwayat imam Muslim).
Kelima, puasa telah dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk menempa kesehatan dan kesembuhan dari beragam penyakit. “Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).
Abuya  menegaskan bahwa rahasia kesehatan di balik ibadah puasa adalah bahwa  puasa menempa tubuh kita untuk melumatkan racun-racun yang mengendap  dalam tubuh dan mengosongkan materi-materi kotor lainnya dari dalam  tubuh.
Menurut kerangka berpikir Abuya, puasa ialah fasilitas  kesehatan bagi seorang hamba guna meningkatkan kadar ketakwaan yang  merupakan tujuan utama puasa itu sendiri. “Hai orang-orang yang  beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas  orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
Keenam, keutamaan  berikutnya yang Allah berikan kepada ahli puasa adalah dengan  menjauhkan wajahnya dari siksa api neraka. Matanya tak akan sampai  melihat pawai arak-arakan neraka dalam bentuk apapun. Rasul yang mulia  berkata demikian, “Barangsiapa berpuasa satu hari demi di jalan Allah, dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR. Ahmad, Bukhari-Muslim, dan Nasa`i).
Ketujuh, dalam al-Qur’an Allah berfirman,  “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang  memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat  ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah  dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At Taubah: 112).
Sebagian ulama ahli tafsir menerangkan bahwa orang –orang yang melawat (As Saihuun)  pada ayat tersebut adalah orang yang berpuasa sebab mereka melakukan  lawatan (kunjungan) ke Allah. Makna lawatan, tegas Abuya, di sini adalah  bahwa puasa merupakan penyebab mereka (orang yang berpuasa) bisa sampai  kepada Allah. Lawatan ke Allah ditandai dengan meninggalkan seluruh  kebiasaan yang selama ini dilakoni (makan, minum, mendatangi istri di  siang hari) serta menahan diri dari rasa lapar dan dahaga.
Sembari mengutip al-Qur’an pula, Abuya mencoba menganalisa surah Az Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Orang-orang  yang bersabarlah maksudnya adalah orang yang berpuasa sebab puasa  adalah nama lain dari sabar. Di saat berpuasalah, orang-orang yang  bersabar (dalam beribadah puasa) memperoleh ganjaran dan pahala yang tak  terhitung banyaknya dari Dzat Yang Maha Pemberi, Allah swt.
Kedelapan,  di saat puasa inilah Allah memberi keistemewaan dengan menjadikan  segala aktivitas orang yang berpuasa sebagai ibadah dan ketaatan  kepada-Nya. Karenanya, orang yang berpuasa dan ia meninggalkan ucapan  yang tidak berguna (diam) adalah ibadah serta tidurnya dengan tujuan  agar kuat dalam melaksanakan ketaatan di jalan-Nya juga ibadah. Dalam  satu hadits riwayat Ibnu Mundih dinyatakan, “Diamnya orang yang  berpuasa adalah tasbih, tidurnya merupakan ibadah, dan doanya akan  dikabulkan, serta perbuatannya akan dilipatgandakan (pahalanya).”
Tentu,  tidak dimaksudkan bahwa puasa itu dipenuhi dengan tidur. Bahkan harus  sebaliknya, jauh lebih keras.Hanya saja, nilai tidur orang berpuasa di  hadapan Allah berbeda dengan tidurnya orang yang tidak berpuasa.
Kesembilan,  di antara cara yang Allah memuliakan orang yang berpuasa, bahwa Allah  menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa pahalanya sama persis  dengan orang yang berpuasa itu sendiri meski dengan sepotong roti atau  seteguk air. Dalam satu riwayat Nabi bertutur, "seseorang yang  memberi makan orang yang puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan  ampunan oleh malaikat pada malam-malam Ramadhan…meski hanya seteguk  air." (Hr. Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka  puasa dengan berjamaah demi melihat keagungan puasa, maka para malaikat  akan bershalawat (memintakan ampunan) baginya. Mudah-mudahan kita  termasuk bagian dari sepuluh keutamaan tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)







0 komentar:
Posting Komentar