Tujuan hidup seorang Muslim adalah memperoleh ridha Allah Subhanahu  wa Ta’ala dan memasuki surga-Nya. Tujuan ini akan tercapai hanya jika ia  menjalani hidup secara mulia, baik sebagai hamba Sang Khalik maupun  sebagai makhluk sosial, dan wafat dalam keadaan husnul khatimah. 
Adapun tujuan hidup orang kafir hanya untuk memenuhi syahwatul bathn  (syahwat perut) dan syahwatul farj (syahwat seks). Maka, aktivitas  hidupnya pun hanya untuk memburu sesuatu yang menyenangkan sesaat, tapi  kemudian membuat dirinya sendiri kecewa. 
     Allah Ta’ala berfirman, ”Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka  laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh  orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak  mendapati sesuatu apa pun, dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya,  lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan  Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (An-Nur [24] : 39)
Jika sudah demikian, mereka lebih rendah dari binatang. Sebab,  sebagai makhluk yang memiliki kebihan akal dan kemampuan spiritual,  seharusnya mereka tidak berbuat seperti itu. Panca indera mereka sudah  tak lagi berinteraksi dengan ayat-ayat-Nya.
     Allah Ta’ala berfiman, ”Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka  Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi  tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai mata  (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah).  Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar  (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih  sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf [7] : 179)
Kiat Meraih Cinta-Nya
     Seorang Muslim tidak boleh terjebak pada tujuan memburu kenikmatan  sesaat sebagaimana yang diderita oleh kaum yang tidak beragama. 
Apa pun keadaannya seorang Muslim harus menggunakan karunia-Nya  secara maksimal untuk mencapai kenikmatan yang bersifat permanen  (akhirat). 
Bagaimana mewujudkannya? Bagaimana meraih cinta-Nya? Berikut langkah-langkahnya.
     1. Selalu mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melakukan ibadah mahdhah secara istiqamah.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu  tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku  mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku,  maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah  mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”  (Al-Baqarah [2] : 185)
     Dalam Hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman, ”Aku dalam sangkaan  hamba-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika ia mengingat-Ku.  Kemudian apabila ia ingat Aku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam  diri-Ku, dan jika ia ingat kepada-Ku dalam satu kaum, maka Aku akan  mengingatnya dalam kaum yang lebih banyak dari pada kaum itu. Jika ia  mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia  mendekati-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia  datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, aku akan datang kepadanya dengan  lari-lari kecil.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
     2. Kecintaan Allah Ta’ala bisa diperoleh dengan menjalankan ibadah nawafil (tambahan/sunnah).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, ”Tidaklah  hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal lebih Aku sukai  daripada jika ia mengerjakan amal yang Kuwajibkan kepadanya. Hamba-Ku  selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku  mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia  mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya,  sebagai tangan yang ia memukul dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan  dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku pasti Ku-beri dan jika ia minta  perlindungan kepada-Ku pasti Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari)
     3. Kecintaan Allah Ta’ala juga bisa diperoleh dengan mencintai para  kekasih-Nya. Merekalah orang-orang yang senantiasa ditolong, dilindungi,  dan dibela oleh-Nya.
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu  Anhu (Ra), Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman,  ”Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Ku-izinkan ia diperangi.” (Riwayat  Bukhari dan Muslim)
     4. Mengikuti ajaran Rasulullah SAW (ittiba’) sebagai bukti kecintaan kepada beliau.
Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,  ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni  dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran [3] :  31)
     5. Berperang di jalan Allah Ta’ala dengan shaf yang rapi.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang  berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka  seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff [61] : 4)
     6. Sabar ketika diuji dengan penderitaan dan syukur ketika diuji dengan kelapangan.
Allah Ta’ala berfirman, ”Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran [3]: 146)
     7. Selalu berbuat baik dan suka menolong sesama.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (al-Maidah[5]: 93)
Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah RA, juga bersabda, “Barangsiapa  melepaskan seorang Mukmin dari penderitaan-penderitaan dunia, niscaya  Allah akan melepaskan darinya penderitaan-penderitaan hari kiamat.  Barangsiapa memudahkan urusan yang sulit niscaya Allah akan memudahkan  urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup aib seorang Muslim  maka Allah akan menutup aibnya di akhirat. Allah akan senantiasa  menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (Riwayat  Muslim)
     8. Bertakwa dan berbuat adil.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah [9]: 7).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah 60) 
     9. Ikhlas dalam beramal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang meninggalkan dunia dalam  keadaan ikhlas hanya kepada Allah Ta’ala, tidak menyekutukan-Nya,  menegakkan shalat, menunaikan zakat, (lalu) ia wafat, maka Allah ridha  kepadanya.” (Riwayat Ibnu Majah)
     10. Bertobat dengan tulus.
Allah Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang  bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah  [2] : 222)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








2 komentar:
subhanallah.... Jazakumullah Khairan Katsira.... semoga kami bisa mengaplikasikannya.....
Ust... gimana cara men share artikel ini????
Posting Komentar